Artis kita cenderung pada demen menikah dengan bule. Tak pernah jelas apa motifnya, karena mau memperbaiki keturunan, lebih “bergizi” atau sekedar cari “burung” king size. Padahal dalam prakteknya, kebanyakan si bule hanya sekedar numpang hidup. Lihatlah kemudian, banyak artis janda yang bekas bule. Maka Ulfah Dwianti yang pernah menikah dengan bule sekali waktu bilang, “Punya gue aja udah kubuang, kenapa lu malah cari?”
Entah dapat pengaruh dari mana, Ny. Erna, 40 (bukan nama sebenarnya), , yang bukan artis, tahu-tahu punya PIL bernama Toni Boster. Dibanding dengan suaminya, jelas nyata benar bedanya, meski tak dicuci dengan sabun Sunlight (Cap Tangan). Tinggi badan Rokibi sangat standar dalam negri, sedangkan si Toni Boster lebih dari 170 Cm, kulit putih kemerah-merahan. Tapi bule kere mungkin, ke mana-mana dia hanya naik motor. Jangan-jangan, sesuai namanya, Toni Boster memang hanya: waton muni, ndobose pinter (asal njeplak, pintar bohong).
Ewa segitu, Erna demennya bukan main. Perawat yang tinggal di Surabaya ini terus berselingkuh dengan si Toni. Mungkin karena pelayanan si lelaki yang luar biasa, yang langsung pada sumbernya, Erna jadi tak bergairah pada suami sendiri. Asal Rokibi minta jatah, tak pernah dilayani. Beraneka macam alasan dikemukakan, yang capeklah, yang baru lampu merahlah. Bahkan, sudah ditakuti akan “dikutuk malaikat sampai pagi”, Erna tetap bergeming.
Sudah enam bulan Rokibi kena “embargo” istri. Tapi kala itu sama sekali dia tak tahu bahwa ada tokoh alternatip dalam rumahtangganya. Dikiranya Erna memang benar-benar capek atau sedang palang merah betulan. Soalnya, sekali waktu Rokibi memang pernah menggertak ala rokok Gudang Garam, “Tunjukkan merahmu…..!” dan ternyata Erna berani menunjukkan, dan memang sedang lampu merah beneran. Ya sudah.
Sopir angkot yang tinggal di Pulosari Gang III Surabaya ini baru curiga, ketika menjemput bini ke Rumah Sakit seperti biasanya, tapi salah prosedur. Biasanya menjemput di pintu gerbang depan, beberapa hari lalu dia sengaja menjemput lewat pintu belakang. Dan terlihatlah kemudian, istrinya masuk boncengan motor dengan lelaki lain. Rasa cemburunya pun meledak. Dikejarnya “pasangan” itu untuk klarifikasi. Kata Tony Boster, kepergian mereka murni urusan mengurus sertifikat tanah, bukan “kapling” lain.
Untuk sementara Rokibi mempercayai alasan itu. Tapi setibanya di rumah dia memperoleh informasi yang sangat menyakitkan. Kata warga, Erna sering pergi bersama Toni Boster. Otomatis Rokibi lalu mengkaitkannya dengan “embargo” yang dialami selama ini. Ini artinya, selama ini Erna malas melayaninya lantaran sudah kenyang dapat pasokan burung impor yang lebih dalem kabrukannya. “Oo, begitu. Awas pembalasanku,” kata Rokibi dalam hati.
Hari berikutnya, Toni Boster ditemukan mati di ontrakannya dengan tubuh banyak luka bacok. Berdasarkan barang bukti sarung clurit dan konflik sebelumnya, Rokibi pun ditangkap. Dalam pemeriksaan dia mengaku terus terang bahwa membunuh bule itu karena dendam. Mentang-mentang burung impor, lalu seenaknya menyelingkuhi bini orang.
Burung lokal, kena flu lagi. (DS/Gunarso TS)
sumber
Ewa segitu, Erna demennya bukan main. Perawat yang tinggal di Surabaya ini terus berselingkuh dengan si Toni. Mungkin karena pelayanan si lelaki yang luar biasa, yang langsung pada sumbernya, Erna jadi tak bergairah pada suami sendiri. Asal Rokibi minta jatah, tak pernah dilayani. Beraneka macam alasan dikemukakan, yang capeklah, yang baru lampu merahlah. Bahkan, sudah ditakuti akan “dikutuk malaikat sampai pagi”, Erna tetap bergeming.
Sudah enam bulan Rokibi kena “embargo” istri. Tapi kala itu sama sekali dia tak tahu bahwa ada tokoh alternatip dalam rumahtangganya. Dikiranya Erna memang benar-benar capek atau sedang palang merah betulan. Soalnya, sekali waktu Rokibi memang pernah menggertak ala rokok Gudang Garam, “Tunjukkan merahmu…..!” dan ternyata Erna berani menunjukkan, dan memang sedang lampu merah beneran. Ya sudah.
Sopir angkot yang tinggal di Pulosari Gang III Surabaya ini baru curiga, ketika menjemput bini ke Rumah Sakit seperti biasanya, tapi salah prosedur. Biasanya menjemput di pintu gerbang depan, beberapa hari lalu dia sengaja menjemput lewat pintu belakang. Dan terlihatlah kemudian, istrinya masuk boncengan motor dengan lelaki lain. Rasa cemburunya pun meledak. Dikejarnya “pasangan” itu untuk klarifikasi. Kata Tony Boster, kepergian mereka murni urusan mengurus sertifikat tanah, bukan “kapling” lain.
Untuk sementara Rokibi mempercayai alasan itu. Tapi setibanya di rumah dia memperoleh informasi yang sangat menyakitkan. Kata warga, Erna sering pergi bersama Toni Boster. Otomatis Rokibi lalu mengkaitkannya dengan “embargo” yang dialami selama ini. Ini artinya, selama ini Erna malas melayaninya lantaran sudah kenyang dapat pasokan burung impor yang lebih dalem kabrukannya. “Oo, begitu. Awas pembalasanku,” kata Rokibi dalam hati.
Hari berikutnya, Toni Boster ditemukan mati di ontrakannya dengan tubuh banyak luka bacok. Berdasarkan barang bukti sarung clurit dan konflik sebelumnya, Rokibi pun ditangkap. Dalam pemeriksaan dia mengaku terus terang bahwa membunuh bule itu karena dendam. Mentang-mentang burung impor, lalu seenaknya menyelingkuhi bini orang.
Burung lokal, kena flu lagi. (DS/Gunarso TS)
sumber
No comments:
Post a Comment