ANTARA Gunadi – Marsini semua berstatus lajang. Yang satu duda, yang satu janda. Jadi ketika mereka tertangkap basah sedang berbuat mesum, penyelesaiannya kan cukup dinikahkan saja. Sayangnya, pasangan itu memang tak ada niat ke sana.”Kami sekedar hobi, kok” kata mereka saat mau didaftarkan ke KUA.
Ternyata banyak juga ya dua sejoli berkasih-kasihan tanpa ada niat untuk resmi menjadi suami istri. Mereka berhubungan intim sekedar untuk mengisi rasa-rasa sepi karena kehilangan pasangan resmi. Kata mereka yang berpikiran praktis, dengan sekedar pacaran kan hanya tahu sisi bagusnya saja, tanpa peduli sisi negative. Kalau jadi suami istri, kan dibebani sebuah tanggungjawab. Sedangkan jika hanya “kumpul kebo”, kan hanya tahu wanginya, tak pernah melihat kekumuhan si pasangan dalam keseharian.
Ternyata banyak juga ya dua sejoli berkasih-kasihan tanpa ada niat untuk resmi menjadi suami istri. Mereka berhubungan intim sekedar untuk mengisi rasa-rasa sepi karena kehilangan pasangan resmi. Kata mereka yang berpikiran praktis, dengan sekedar pacaran kan hanya tahu sisi bagusnya saja, tanpa peduli sisi negative. Kalau jadi suami istri, kan dibebani sebuah tanggungjawab. Sedangkan jika hanya “kumpul kebo”, kan hanya tahu wanginya, tak pernah melihat kekumuhan si pasangan dalam keseharian.
Ini pula agaknya yang jadi pertimbangan pasangan Gunadi, 40 (bukan nama sebenarnya), dengan Marsini, 37 (bukan nama sebenarnya). Mereka memang berangkat dari status yang aman, yakni antara duda lawan janda. Terus terang saja, Gunadi tak mencintai Marsini, begitu pula sebaliknya. Tapi ketika hujan lebat mengguyur Madiun semalaman, nah untuk mengusir dingin “apa salah”-nya lalu berpacu dalam birahi untuk mengusir ketegangan.
Karena kesamaan prinsip itulah, Gunadi – Marsini tetap berkencan ria tanpa pernah menuntut satu sama lain. Mereka melupakan etika, mereka menafikan tata krama bermasyarakat, sekaligus mengesampingkan ajaran agama. Bagi mereka, asal saat sama-sama butuh semuanya siap, tinggal dikerjakan saja. Persetan dengan moral dan etika, yang penting bisa berkencan dan nihil (masuk semua – Red) ibaratnya absen anak SD.
Asyik bagi Gunadi dan Marsini, tapi sangat menyesakkan dada warga kampung Pandean Kecamatan Mejayan Madiun (Jatim). Bagamana mereka tidak tersinggung. Sudah lama mereka berhubungan, tapi kok tak ada tanda-tandanya mau resmi menjadi suami istri. Ibarat nonton wayang, dari sore “perang” melulu dengan senjata Nenggala, tapi kok nggak pernah jejer Ngamarta atau Ngastina.
Hubungan haram itu kemudian dilaporkan ke Pak RW setempat. Teguran secara lisan itupun disampaikan, tapi baik Gunadi yang oknum ONS Pemkab Madiun maupun tak bergeming. Alasannya, mereka sudah sama-sama dewasa, sehingga sudah tahu mana yang baik dan benar. Pengurus RT tak perlu intervensi urusan pribadi warganya.
Alasan Gunadi – Marsini benar-benar bikin jengkel warga. Jika mereka terus bermesum ria di kampungnya, kan sama saja menganggap Pandean tempat bordil. Karenanya, untuk memberi pelajaran, pengurus RT dan RW sepakat untuk menggerebeknya. Dan itulah yang terjadi, dikala Gunadi masuk ke ruimah janda Marsini, pengegerebekan segera dilakukan. Keduanya kedapatan tidur seranjang.
Yang membuat warga tak habis pikir, ketika dibawa ke kantor RW dan direncanakan untuk dinikahkan, keduanya menolak mentah-mentah. Alasannya, hubungannya selama ini tanpa target harus menjadi suami istri. Mereka berhubungan sekedar melepas ketegangan, mengusir rasa sepi. Bahkan anak janda Marsini juga mendukung langkah ibunya, dan menganggap RT terlalu sibuk ngurusi wilayah pribadi orang. “Mereka kan janda dan duda, sehingga tak ada yang dirugikan,” katanya.
Untumu! Warga yang rugi, karena kampungnya jadi tercemar. (MMC/Gunarso TS)
sumber
Karena kesamaan prinsip itulah, Gunadi – Marsini tetap berkencan ria tanpa pernah menuntut satu sama lain. Mereka melupakan etika, mereka menafikan tata krama bermasyarakat, sekaligus mengesampingkan ajaran agama. Bagi mereka, asal saat sama-sama butuh semuanya siap, tinggal dikerjakan saja. Persetan dengan moral dan etika, yang penting bisa berkencan dan nihil (masuk semua – Red) ibaratnya absen anak SD.
Asyik bagi Gunadi dan Marsini, tapi sangat menyesakkan dada warga kampung Pandean Kecamatan Mejayan Madiun (Jatim). Bagamana mereka tidak tersinggung. Sudah lama mereka berhubungan, tapi kok tak ada tanda-tandanya mau resmi menjadi suami istri. Ibarat nonton wayang, dari sore “perang” melulu dengan senjata Nenggala, tapi kok nggak pernah jejer Ngamarta atau Ngastina.
Hubungan haram itu kemudian dilaporkan ke Pak RW setempat. Teguran secara lisan itupun disampaikan, tapi baik Gunadi yang oknum ONS Pemkab Madiun maupun tak bergeming. Alasannya, mereka sudah sama-sama dewasa, sehingga sudah tahu mana yang baik dan benar. Pengurus RT tak perlu intervensi urusan pribadi warganya.
Alasan Gunadi – Marsini benar-benar bikin jengkel warga. Jika mereka terus bermesum ria di kampungnya, kan sama saja menganggap Pandean tempat bordil. Karenanya, untuk memberi pelajaran, pengurus RT dan RW sepakat untuk menggerebeknya. Dan itulah yang terjadi, dikala Gunadi masuk ke ruimah janda Marsini, pengegerebekan segera dilakukan. Keduanya kedapatan tidur seranjang.
Yang membuat warga tak habis pikir, ketika dibawa ke kantor RW dan direncanakan untuk dinikahkan, keduanya menolak mentah-mentah. Alasannya, hubungannya selama ini tanpa target harus menjadi suami istri. Mereka berhubungan sekedar melepas ketegangan, mengusir rasa sepi. Bahkan anak janda Marsini juga mendukung langkah ibunya, dan menganggap RT terlalu sibuk ngurusi wilayah pribadi orang. “Mereka kan janda dan duda, sehingga tak ada yang dirugikan,” katanya.
Untumu! Warga yang rugi, karena kampungnya jadi tercemar. (MMC/Gunarso TS)
sumber
No comments:
Post a Comment