Tiap individu memang selalu berbeda dalam menyikapi persoalan. Politisi, dituduh korupsi memilih kabur keluar negri. Pejabat dituduh makan duit proyek, gantian cari orang lain untuk dijadikan kambing hitam. Lha kalau suami dituduh main perempuan, biasanya sang istri gantian ditempeleng sampai babak belur.
Itulah cara kaum lelaki menunjukkan kekuasaannya di rumah. Tapi untuk Mohan yang sangat sensitip perasaannya, ketika dituduh selingkuh oleh istrinya, dia merasakan bahwa sebagai lelaki sudah tak dipercaya lagi oleh pendamping hidupnya. Selingkuh atau mengkhianati perkawinan, adalah sesuatu yang pernah terpikirkan. Tapi kenapa istrinya tega menuduh demikian? Maka sikapnya kemudian, daripada hidup berputih mata lebih baik mati berkalang tanah.
Keluarga Mohan – Ratna dibangun sejak 10 tahun lalu. Sedari dulu mereka nampak rukun dan damai. Tapi tiba-tiba ada fitnah bahwa saat Mohan pergi ke Sampit sempat menginap di hotel bersama wanita, cari yang sempit-sempit. Celakanya, meski Ratna tak melihat sendiri, dia yakin sekali dengan info itu. Akibatnya, sejak saat itu dia kehilangan kepercayaan pada suami. Dalam berbagai kesempatan dia selalu mengungkit dirinya sebagai lelaki tukang selingkuh.
Andaikan “burung” lelaki ada spedometernya, mungkin Mohan bisa menangkis tuduhan istri lewat angka-angka yang ada di spedometer tersebut. Tadi berangkat tercata sekian kilometer, sewaktu pulang sekian kilometer. Jika ada kelebihan angka yang mencurigakan, patutlah dicurigai. Sebab kelebihan angka tersebut adalah aksi mesum yang dilakukan Mohan.
Hal itu kan tak mungkin ada, dan karena itu pula Mohan selalu kehabisan kata-kata untuk menangkis tuduhan istri. Daripada ribut berkepanjangam dia memilih mengalah. Tapi hatinya sangat sakit, wong punya WIL juga tidak kok dituduh yang enggak-enggak. “Aku tetap setia pada koalisi kita, dan tak pernah nyoblos ke mana-mana, yakin itu,” hanya itu kata-kata yang bisa keluar dari mulut lelaki warga warga Baamang Tengah, Kecamatan Baamang, Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) ini.
Agaknya Ratna (bukan nama sebenarnya) terus meyakini segala tuduhannya, dengan prinsip bahwa takkan ada maling yang mau mengaku. Sejak itu dia selalu meledek suaminya sebagai tukang selingkuh terus. Lihat cewek depan rumah, enak saja dia nyindir suami: “Tuh, perempuan itu enak diselingkuhi dan perlu,” kata Ratna. Lain waktu, ketika menawari makan suami, kata-kata menyakitkan kembali terlontar: “He tukang selingkuh, lapar belum?”
Yah, tiap hari disindir-sendir sebagai tukang selingkuh, Mohan jadi frustasi, merasa hidup ini tak ada artinya. Dan klimaknya terjadi beberapa malam lalu. Saat Ratna mau menawari makan suami yang tiduran di kamar, dia melihat tubuh tergantung Mohan di pojok kamar. Ratna pun menjerit, sehingga warga berdatangan. Untung Mohan masih bisa diselamatkan. Dalam kondisi pingsan dia dilarikan ke RS Dr Muryani, dan kini masih menjalani perawatan.
Untung selamat, hampir saja Ratna jadi janda. (JPNN/Gunarso TS)
sumber
Keluarga Mohan – Ratna dibangun sejak 10 tahun lalu. Sedari dulu mereka nampak rukun dan damai. Tapi tiba-tiba ada fitnah bahwa saat Mohan pergi ke Sampit sempat menginap di hotel bersama wanita, cari yang sempit-sempit. Celakanya, meski Ratna tak melihat sendiri, dia yakin sekali dengan info itu. Akibatnya, sejak saat itu dia kehilangan kepercayaan pada suami. Dalam berbagai kesempatan dia selalu mengungkit dirinya sebagai lelaki tukang selingkuh.
Andaikan “burung” lelaki ada spedometernya, mungkin Mohan bisa menangkis tuduhan istri lewat angka-angka yang ada di spedometer tersebut. Tadi berangkat tercata sekian kilometer, sewaktu pulang sekian kilometer. Jika ada kelebihan angka yang mencurigakan, patutlah dicurigai. Sebab kelebihan angka tersebut adalah aksi mesum yang dilakukan Mohan.
Hal itu kan tak mungkin ada, dan karena itu pula Mohan selalu kehabisan kata-kata untuk menangkis tuduhan istri. Daripada ribut berkepanjangam dia memilih mengalah. Tapi hatinya sangat sakit, wong punya WIL juga tidak kok dituduh yang enggak-enggak. “Aku tetap setia pada koalisi kita, dan tak pernah nyoblos ke mana-mana, yakin itu,” hanya itu kata-kata yang bisa keluar dari mulut lelaki warga warga Baamang Tengah, Kecamatan Baamang, Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) ini.
Agaknya Ratna (bukan nama sebenarnya) terus meyakini segala tuduhannya, dengan prinsip bahwa takkan ada maling yang mau mengaku. Sejak itu dia selalu meledek suaminya sebagai tukang selingkuh terus. Lihat cewek depan rumah, enak saja dia nyindir suami: “Tuh, perempuan itu enak diselingkuhi dan perlu,” kata Ratna. Lain waktu, ketika menawari makan suami, kata-kata menyakitkan kembali terlontar: “He tukang selingkuh, lapar belum?”
Yah, tiap hari disindir-sendir sebagai tukang selingkuh, Mohan jadi frustasi, merasa hidup ini tak ada artinya. Dan klimaknya terjadi beberapa malam lalu. Saat Ratna mau menawari makan suami yang tiduran di kamar, dia melihat tubuh tergantung Mohan di pojok kamar. Ratna pun menjerit, sehingga warga berdatangan. Untung Mohan masih bisa diselamatkan. Dalam kondisi pingsan dia dilarikan ke RS Dr Muryani, dan kini masih menjalani perawatan.
Untung selamat, hampir saja Ratna jadi janda. (JPNN/Gunarso TS)
sumber
No comments:
Post a Comment