Saturday, February 4, 2012

Baru Sampai “Kecamatan”

Baru Sampai “Kecamatan” UNTUK urusan selangkangan, kaum lelaki memang suka lepas kendali. Ambil contoh Panjul, 27 (bukan nama sebenarnya), dari Surabaya ini. Ditinggal dua minggu istri pulang kampung, dia jadi kelimpungan. Adik ipar yang katanya mau dicarikan kerja, pada akhirnya malah “dikerjain”. Untung baru sampai tingkat “kecamatan” belum masuk wilayah “balaikota”.



Jika memiliki suami yang lumayan “agresip”, jangan sekali-sekali meninggalkan dia sampai terlalu lama. Bisa gawat ujung-ujungnya, apabila dia beriman sangat tipis. Soalnya, bila sedang “kehausan” sedang “termos” tak di tempat, dia bisa minum ke mana-mana, bila tak mau disebut tabrak sana tabrak sini. Kalau yang “diminum” bersedia, masih mending. Tapi jika korbanya enggan “diseruput”, polisi pasti menjemput.



Sebagai keluarga muda, Panjul yang tinggal di Genteng, Surabaya ini, biasa minum air “termos” minimal seminggu 3 kali. Padahal Katrin, 25 (bukan nama sebenarnya), sebagai istri termasuk jenis termos “Sun Flowers” yang ada tutup gabusnya, sehingga panasnya awet. Katanya, minum air “termos” yang masih panas, di tubuh terasa kemepyar, dan semangat kerja menjadi meningkat, rosa-rosa macam Mbah Maridjan alm.

Namun apa daya, sudah dua minggu ini istrinya pulang kampung. Otomatis, selama dua minggu dia tak ketemu “termos” yang panasnya selalu kemebul. Mau minum di luaran tidak berani, di samping tidak tahu cara-caranya. Walhasil selama dua minggu pula, Panjul di kamar hanya gedabigan (gelisah) tak keruan. Soal makan dan minum dalam arti sebenarnya memang mudah bisa ditanggulangi, tapi soal minum “termos” Sun Flowers itu?



Di kala Panjul dalam puncaknya rasa sepi, adik iparnya si Karsih, 22 (bukan nama sebenarnya), datang ke Surabaya, atas memo Katrin istrinya. Katanya, supaya si adik ipar ini dicarikan kerja di Surabaya, jadi pembantu juga tak apa. Soalnya di kampung semakin sulit mencari sumber ekonomi, sementara suami Karsih juga masih jadi lelaki penganggur. “Selama aku belum pulang, biar Karsih yang mengurus dirimu,” begitu kata istri dalam suratnya.

Lha ini! Tugas rumahtangga enak saja didelegasikan pada pihak ketiga. Soal tugas olah-olah (masak), umbah-umbah (mencuci) memang bisa ditanggulangi Karsih. Namun soal yang mlumah (melayani di ranjang), apa itu bisa diambil alih juga? Panjul sejenak termenung, pandangan matanya menyapu seluruh tubuh sang adik ipar. E lha dalah, ternyata Karsih memang cantik juga, bahkan melebihi si kakak yang termos Sun Flowers itu. Kontan jakun Panjul jadi turun naik, sementara ukuran celananya berubah kontan.



Mengacu pada ungkapan bahwa ipe (ipar) itu sesungguhnya penjabaran kata: iki ya penak (ini enak juga), mendadak Panjul jadi lupa daratan. Saat Karsih lengah, langsung didekap dari belakang, dan payudaranya yang a la Yulia Perez itu habis “diperah”-nya macam industri susu di Boyolali. Kontan Karsih memberontak, dan hari itu juga dia kembali ke kampung. Adik Katrin ini sadar betul, bila tidak segera menghindar, lama-lama penjarahan itu bisa meningkat, dari tingkat “kecamatan” bisa langsung “balaikota”.



Di kampung tentu saja dia mengadu pada suami dan orangtua. Soal makanan masih bisa bilang “kacek klerek karo sedherek” (baca: mengalah karena dengan keluarga). Tapi soal penjarahan macam Panjul ini harus ditindak tegas. Karenanya suami Karsih segera lapor polisi dan Panjul pun ditangkap petugas Polsek Genteng. Dalam pemeriksaan dia mengaku terus terang, selama ditinggal istri dia sangat kesepian.



Kalau sepi, kenapa nggak teriak-teriak saja, Njul? (HS/Gunarso TS)



sumber

No comments:

Post a Comment