Damai itu indah, begitu kata Kodam Jaya. Developer BTN juga bilang begitu, kecil itu indah. Maka menyesuaikan kamampuan kantong, rumah pun dibangun sekecil mungkin, menjadi jenis RSSSS (Rumah Sangat Sempit, Selonjor Saja Susah). Tapi bagaimana dengan “burung” yang kecil? Ini jelas tak dikehendaki para wanita. Buktinya, artis kita cenderung mencari suami orang Barat. Meski pada akhirnya lelaki bule itu hanya jadi pejantan doang!
Nah, Badri yang warga Pandanwangi Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang, kebetulan juga lelali pribumi yang berburung di bawah standar dalam negeri. Sebagai lelaki normal, sebetulnya dia juga ingin mendatangi Mak Erot di Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Tapi di samping dana tak mencukupi, wanita ahli “mark up” itu sudah meninggal. Walhasil Badri harus mensyukuri apa yang ada.
Celakanya, saat punya pacar, Harni selalu meledek akan kelemahan itu. Lho kok tahu? Burungnya kan berada dalam sangkar yang tersembunyi? Jaman gombalisasi, rek. Punya pacar jika tak sampai studi kelayakan, sama saja beli kucing dalam karung. Maka meski belum menjadi suami istri pun, mereka sudah biasa presentasi perangkat masing-masing. Naudzubillah mindzalik!
Celakanya, segala kekurangan dirinya selalu dibuat ledekan oleh Harni, bahkan diceritakan pada teman-temannya. Lama-lama Badri jadi mangkel. Di areal persawahan, di tengah pematang, Harni pun diperkosa kali pertama. Lain hari dilanjutkan lagi di kandang ayam, jebret jebretttt. Ee belum puas juga, saat Harni berhasil dibawa ke areal kebon tebu, kembali disetubuhi secara paksa. Badri memang mau membuktikan bahwa biar mini burungnya, tapi hasilnya maksi.
Gara-gara itu, Harni jadi trauma dengan akibat pelajaran sekolahnya di SMA menurun. Rapotnya pun banyak yang merah. Pak Guru pun bingung, mau direshufle Harni bukanlah mentri dan Pak Guru juga bukan presiden. Maka Harni pun hanya dipanggil, ditanyai kenapa prestasi belajarnya menurun drastis. “Saya diperkosa pacar saya tiga kali, Pak!” ujarnya sambil menangis.
Pak Guru segera memanggil orangtua Harni, dan pengusutan diteruskan ke polisi Polres Jombang. Hari berikutnya Badri ditangkap. Awalnya menolak tuduhan perkosaan itu. Tapi setelah didesak polisi, barulah dia buka kartu bahwa terpaksa memperkosa kekasihnya karena selalu diledek berburung mini.
Biar burungnya cepat gede, emani saja pakai juwawut! (HS/Gunarso TS)
sumber
Celakanya, saat punya pacar, Harni selalu meledek akan kelemahan itu. Lho kok tahu? Burungnya kan berada dalam sangkar yang tersembunyi? Jaman gombalisasi, rek. Punya pacar jika tak sampai studi kelayakan, sama saja beli kucing dalam karung. Maka meski belum menjadi suami istri pun, mereka sudah biasa presentasi perangkat masing-masing. Naudzubillah mindzalik!
Celakanya, segala kekurangan dirinya selalu dibuat ledekan oleh Harni, bahkan diceritakan pada teman-temannya. Lama-lama Badri jadi mangkel. Di areal persawahan, di tengah pematang, Harni pun diperkosa kali pertama. Lain hari dilanjutkan lagi di kandang ayam, jebret jebretttt. Ee belum puas juga, saat Harni berhasil dibawa ke areal kebon tebu, kembali disetubuhi secara paksa. Badri memang mau membuktikan bahwa biar mini burungnya, tapi hasilnya maksi.
Gara-gara itu, Harni jadi trauma dengan akibat pelajaran sekolahnya di SMA menurun. Rapotnya pun banyak yang merah. Pak Guru pun bingung, mau direshufle Harni bukanlah mentri dan Pak Guru juga bukan presiden. Maka Harni pun hanya dipanggil, ditanyai kenapa prestasi belajarnya menurun drastis. “Saya diperkosa pacar saya tiga kali, Pak!” ujarnya sambil menangis.
Pak Guru segera memanggil orangtua Harni, dan pengusutan diteruskan ke polisi Polres Jombang. Hari berikutnya Badri ditangkap. Awalnya menolak tuduhan perkosaan itu. Tapi setelah didesak polisi, barulah dia buka kartu bahwa terpaksa memperkosa kekasihnya karena selalu diledek berburung mini.
Biar burungnya cepat gede, emani saja pakai juwawut! (HS/Gunarso TS)
sumber
No comments:
Post a Comment