Nggak di pusat, nggak di daerah, ternyata sama saja. Di Jakarta, Kementrian Tenaga Kerja & Transmigrasi jadi sorotan pers karena pejabatnya terbelit kasus korupsi. Di daerah Jambi, oknum pejabat Kantor Tenaga Kerja Muara Jambi jadi urusan warga karena terbelit kasus asmara. Hanya demi urusan selangkangan, Nafsan bawa-bawa mobil plat merah ke rumah janda idaman hati. Akibatnya, saat keduanya bergulat antara hidup dan mati, tahu-tahu digerebek warga. Jadi panjang deh urusannya.
Nafsan yang jadi pejabat di Pemkab Muarojambi ini, ditilik dari usianya pasti sudah punya keluarga di rumah. Tapi dalam urusan wanita, lelaki memang tak ada puasnya. Kalau bisa, meski di rumah sudah punya, masih juga pengin yang lain. Bagi yang punya iman dan kemampuan (harta), solusinya adalah dengan poligami. Tapi bagi yang cekak di iman dan dimodal, “ngeteng” pun dilakoni. Prinsipnya, meski di rumah piara kambing, masa di luaran nggak boleh makan “sate” bumbu kecap?
Ini pula yang dilakoni Nafsan, yang nafsunya memang nggak ketahan. Di sela-sela kesibukan kerja sebagai pejabat di Kantor Tenaga Kerja dan Sosial, dia sempat terlibat asmara dengan janda muda bernama Linda, 21 (bukan nama sebenarnya). Sebenarnya, “kambing” di rumah juga sudah lumayan cakep. Tapi “sate” yang satu ini jauh lebih muda. Bila dipanggang dengan apinya asmara, pasti kenyosss-kenyossss atau maknyussss sebagaimana kata Bondan Winarno. Rasanya pasti nendang banget.
Demikianlah, keduanya pun lalu pacaran. Tahu akan status Naafsan, Linda tak berharap banyak. Maksudnya, tak dinikah nggak apa-apa. Yang penting ada pasokan onderdil pasti ada jaminan materil. Maka di hari-hari tertentu, dengan mobil dinas yang disamarkan jadi plat hitam, Nafsan merapat ke rumah Linda. Ibarat bengkel mobil, meski tengah malam kemudian oknum pejabat Tenaga Kerja itu lalu sporing balansing, terakhir amplas platina!
Lama-lama warga jadi curiga. Jika sekedar tamu, kok datangnya tengah malam melulu. Yang menarik, pakai mobil jip tapi kok platnya nampak tebal banget. Setelah dicermati, ooo……ternyata dipasang dobel. Yang dalam plat merah, yang luar plat hitam. Dari data-data yang tidak beres tersebut, warga sekaligus tetangga Linda menduga bahwa kedatangan Nafsan pasti dengan maksud tidak beres. Sebagai lelaki ke rumah janda tengah malam, apa lagi kalau bukan untuk begituan?
Belum lama ini, aksi warga pun diwujudkan. Begitu Nafsan datang dengan mobilnya, warga mulai stelling (bersiap). Sepuluh menit kemudian penggerebekan dilakukan. Betulkan? Linda – Nafsan ketangkap basah sedang “kimpoi-kimpoi”-an. Keduanya pun lalu dibawa ke Balai Warga. Dalam pemeriksaan, Nafsan mengaku mengantar orangtua Linda. Tapi kok berada di kamar berdua-dua?
Warga tak bisa lagi dibohongi, sehingga keduanya harus menerima hukum adat untuk “cuci kampung” alias mengeluarkan sejumlah dana untuk perbaikan kampung. Karena dananya belum siap, Nafsan minta tempo. Warga bisa menerima, tapi sebagai jaminan, mobil dinas itu harus ditahan dulu sampai dana itu diberikan secara penuh. Daripada jadi urusan polisi, terpaksa Nafsan menyerahkan kunci kontaknya.
Nah, sekarang buruan pulang, naik ojek! (IZ/Gunarso TS)
sumber
Ini pula yang dilakoni Nafsan, yang nafsunya memang nggak ketahan. Di sela-sela kesibukan kerja sebagai pejabat di Kantor Tenaga Kerja dan Sosial, dia sempat terlibat asmara dengan janda muda bernama Linda, 21 (bukan nama sebenarnya). Sebenarnya, “kambing” di rumah juga sudah lumayan cakep. Tapi “sate” yang satu ini jauh lebih muda. Bila dipanggang dengan apinya asmara, pasti kenyosss-kenyossss atau maknyussss sebagaimana kata Bondan Winarno. Rasanya pasti nendang banget.
Demikianlah, keduanya pun lalu pacaran. Tahu akan status Naafsan, Linda tak berharap banyak. Maksudnya, tak dinikah nggak apa-apa. Yang penting ada pasokan onderdil pasti ada jaminan materil. Maka di hari-hari tertentu, dengan mobil dinas yang disamarkan jadi plat hitam, Nafsan merapat ke rumah Linda. Ibarat bengkel mobil, meski tengah malam kemudian oknum pejabat Tenaga Kerja itu lalu sporing balansing, terakhir amplas platina!
Lama-lama warga jadi curiga. Jika sekedar tamu, kok datangnya tengah malam melulu. Yang menarik, pakai mobil jip tapi kok platnya nampak tebal banget. Setelah dicermati, ooo……ternyata dipasang dobel. Yang dalam plat merah, yang luar plat hitam. Dari data-data yang tidak beres tersebut, warga sekaligus tetangga Linda menduga bahwa kedatangan Nafsan pasti dengan maksud tidak beres. Sebagai lelaki ke rumah janda tengah malam, apa lagi kalau bukan untuk begituan?
Belum lama ini, aksi warga pun diwujudkan. Begitu Nafsan datang dengan mobilnya, warga mulai stelling (bersiap). Sepuluh menit kemudian penggerebekan dilakukan. Betulkan? Linda – Nafsan ketangkap basah sedang “kimpoi-kimpoi”-an. Keduanya pun lalu dibawa ke Balai Warga. Dalam pemeriksaan, Nafsan mengaku mengantar orangtua Linda. Tapi kok berada di kamar berdua-dua?
Warga tak bisa lagi dibohongi, sehingga keduanya harus menerima hukum adat untuk “cuci kampung” alias mengeluarkan sejumlah dana untuk perbaikan kampung. Karena dananya belum siap, Nafsan minta tempo. Warga bisa menerima, tapi sebagai jaminan, mobil dinas itu harus ditahan dulu sampai dana itu diberikan secara penuh. Daripada jadi urusan polisi, terpaksa Nafsan menyerahkan kunci kontaknya.
Nah, sekarang buruan pulang, naik ojek! (IZ/Gunarso TS)
sumber
No comments:
Post a Comment