Kata Mario Teguh pengasuh acara Golden Ways, orang muda yang berwawan kuno, itulah orang tua. Sebaliknya, orangtua yang punya wawasan ke depan, dialah berjiwa muda. Tapi bagaimana pula dengan orang tua yang suka ngawasi bini tetangga lewat depan rumah? Jelas ini bukan maksud dari Mario Teguh. Namun yang jelas, Hasbi lelaki tua yang tinggal di Bireun Aceh ini kelakuannya seperti itu. Melihat Ny. Asiah, 29 (bukan nama sebenarnya), mau belanja ke warung, dibuntuti dengan sinar mata penuh nafsu.
Hasbi dan Asiah memang bertetangga dekat. Sebetulnya sudah lama kakek ini naksir istri Halim, 38 (bukan nama sebenarnya). Tapi karena terhalang oleh statusnya, dia hanya diam seribu bahasa. Mau sedikit ngeyel, mana laku. Tampang tidak meyakinkan, sudah tua lagi. Jadi ya ibaratnya lihat etalage makanan di rumah makan padang. Nafsu banget untuk menyantap, tapi modal tidak ada.
Seiring dengan perjalanan waktu dan nafsu Hasbi, Halim suami Asiah menderita sakit. Parah banget sih tidak, tapi sudah berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan tak bisa bangkit dari ranjang. Sebagai tulang punggung keluarga, jelas ekonomi keluarga Halim jadi kedodoran. Sebagaimana adab bertetangga, Ny. Asiah pun lalu suka pinjam uang atau beras pada keluarga Hasbi, terutama pada istrinya.
Soal perut, sementara bisa ditanggulangi dengan pinjam sana dan sini. Tapi urusan yang dibawah perut, harus ke mana mencari solusi? Maklumlah, gara-gara “kapal” miliknya doking tak bisa berlayar, sudah berbulan-bulan Asiah tak kena jangkar suami. Tiap malam hanya ngulat-ngulet tak keruan. Begini salah, begitu salah, gara-gara kepengin begituan.
Nah, Hasbi si Pepabri yang semangat Akabri, menangkap gejala itu. Maka dia segera mencoba masuk, dengan suka memberikan ini itu pada anak-anak Asiah. Pura-puranya bezuk Halim, tapi sebenarnya sedang mempelajari medan. Kira-kira strategi apa yang pas untuk menaklukkan Asiah, sehingga dia mau bertekuk lutut dan berbuka paha untuknya.
Sejak Hasbi suka memberikan itu pada anak-anak Halim, dia menjadi lebih akrab dengan Asiah. Sekali waktu dengan sedikit bercanda, Hasbi mengajak wisata ranjang bak Rama dan Sinta. Asiah yang sesungguhnya sudah lama tak menikmati kehangatan malam, tanpa pikir panjang mengiyakan saja. Di tempat lain tentu saja, keduanya pun berpacu dalam birahi. Namanya juga sudah kakek-kakek, gebrakannyha sudah kurang menggigit.
Karenanya, hanya sempat dua kali Asiah meladeni Hasbi. Meski hanya bikin kotor sprei ibarat kata, tapi lumayanlah. Hujan bulan Oktober itu sudah turun meski hanya rintik-rintik. Tapi celakanya, meski hanya “disiram” dua kali dengan siraman ala kadarnya, ternyata perut Aisah menggelembung juga. Tetangga sih nggak curiga, wong ada suami. Kalau pun mempertanyakan, hanya membatin saja. “Hebat si Halim ini, meski sakit masih rosa macam Mbah Maridjan…..”
Tapi suaaminya yang curiga, wong sudah berbulan-bulan non aktif, kok bisa-bisanya hamil. Ketika didesak, istrinya ngaku bahwa dua kali dikeloni kakek Hasbi. Wah, Halim pun marah dan akhirnya dilaporkan ke polisi. Dalam pemeriksaan, Ny. Asiah mengakui, mau diajak selingkuh karena kesepian suaminya tak mampu lagi menjalankan tugas suami istri.
Kalau anggota DPR, sudah direcal tuh. (JPNN/Gunarso TS)
sumber
Seiring dengan perjalanan waktu dan nafsu Hasbi, Halim suami Asiah menderita sakit. Parah banget sih tidak, tapi sudah berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan tak bisa bangkit dari ranjang. Sebagai tulang punggung keluarga, jelas ekonomi keluarga Halim jadi kedodoran. Sebagaimana adab bertetangga, Ny. Asiah pun lalu suka pinjam uang atau beras pada keluarga Hasbi, terutama pada istrinya.
Soal perut, sementara bisa ditanggulangi dengan pinjam sana dan sini. Tapi urusan yang dibawah perut, harus ke mana mencari solusi? Maklumlah, gara-gara “kapal” miliknya doking tak bisa berlayar, sudah berbulan-bulan Asiah tak kena jangkar suami. Tiap malam hanya ngulat-ngulet tak keruan. Begini salah, begitu salah, gara-gara kepengin begituan.
Nah, Hasbi si Pepabri yang semangat Akabri, menangkap gejala itu. Maka dia segera mencoba masuk, dengan suka memberikan ini itu pada anak-anak Asiah. Pura-puranya bezuk Halim, tapi sebenarnya sedang mempelajari medan. Kira-kira strategi apa yang pas untuk menaklukkan Asiah, sehingga dia mau bertekuk lutut dan berbuka paha untuknya.
Sejak Hasbi suka memberikan itu pada anak-anak Halim, dia menjadi lebih akrab dengan Asiah. Sekali waktu dengan sedikit bercanda, Hasbi mengajak wisata ranjang bak Rama dan Sinta. Asiah yang sesungguhnya sudah lama tak menikmati kehangatan malam, tanpa pikir panjang mengiyakan saja. Di tempat lain tentu saja, keduanya pun berpacu dalam birahi. Namanya juga sudah kakek-kakek, gebrakannyha sudah kurang menggigit.
Karenanya, hanya sempat dua kali Asiah meladeni Hasbi. Meski hanya bikin kotor sprei ibarat kata, tapi lumayanlah. Hujan bulan Oktober itu sudah turun meski hanya rintik-rintik. Tapi celakanya, meski hanya “disiram” dua kali dengan siraman ala kadarnya, ternyata perut Aisah menggelembung juga. Tetangga sih nggak curiga, wong ada suami. Kalau pun mempertanyakan, hanya membatin saja. “Hebat si Halim ini, meski sakit masih rosa macam Mbah Maridjan…..”
Tapi suaaminya yang curiga, wong sudah berbulan-bulan non aktif, kok bisa-bisanya hamil. Ketika didesak, istrinya ngaku bahwa dua kali dikeloni kakek Hasbi. Wah, Halim pun marah dan akhirnya dilaporkan ke polisi. Dalam pemeriksaan, Ny. Asiah mengakui, mau diajak selingkuh karena kesepian suaminya tak mampu lagi menjalankan tugas suami istri.
Kalau anggota DPR, sudah direcal tuh. (JPNN/Gunarso TS)
sumber
No comments:
Post a Comment